Bali.pikiran-rakyat.com- Festival Swasthi Bhuwana akhirnya dibuka, pada Sabtu 6 Juli 2024, dan akan berlangsung hingga Minggu 7 Juli 2024. Tarian tebuk lesung menandai dibukanya festival tersebut.
Festival menonjolkan potensi budaya, tradisi dan kuliner tradisional khas Tabanan, dan segalanya tentang kawasan World Heritage atau warisan budaya dunia itu.
Mengenai Tebuk Lesung sendiri, ternyata memiliki filosofi sendiri sebagai tari pembuka.
Baca Juga: 6 Hal yang Bisa Dilakukan di Pantai Kuta untuk Wisatawan yang Pertama Kali ke Bali
Baca Juga: Pengembalian Rp 3,8 Miliar, Kembang: Dari Sahabat, PDI Kan Sahabat Lama Pak Winasa
Informasi yang berhasil dihimpun, Filosofi Tebuk Lesung adalah merupakan tradisi menumbuk padi di ketungan dan lesung menggunakan luu (alat pemukul).
Hal itu, bukan hanya sekadar proses pengolahan padi menjadi beras secara tradisional di Bali. Lebih dari itu, tradisi ini mengandung filosofi yang mendalam.
Pertama filosofi yang di banfun ialah menyangkut, Kerja Sama dan Gotong Royong.
Tebuk Lesung biasanya dilakukan bersama-sama oleh beberapa orang, saling bergiliran menumbuk padi.
Baca Juga: Pengembalian Rp 3,8 Miliar, Kembang: Dari Sahabat, PDI Kan Sahabat Lama Pak Winasa
Baca Juga: Winasa Bebas, Kembang: Sumpah Tujuh Turunan Saya Tidak Pernah..
Hal ini melambangkan semangat gotong royong dan kerja sama yang erat dalam masyarakat Bali. Setiap individu berkontribusi dan saling membantu untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menghasilkan beras yang berkualitas.
Proses menumbuk padi yang melelahkan merupakan pengingat bagi masyarakat Bali untuk selalu bersyukur atas hasil panen yang mereka peroleh.
Di balik setiap bulir beras, terdapat usaha keras dan doa para petani. Tebuk Lesung menjadi momen untuk merenungkan dan menghargai jerih payah mereka.
Kemudian, menyangkut Keharmonisan dengan Alam. Tradisi Tebuk Lesung menggunakan alat tradisional lesung dan luu yang terbuat dari bahan alami.
Hal ini menunjukkan keharmonisan dan rasa hormat masyarakat Bali terhadap alam. Mereka memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dan terakhir, ialah menyangkut Nilai Budaya dan Kearifan Lokal. Tebuk Lesung merupakan bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Bali yang telah diwariskan turun-temurun.
Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai fungsional, tetapi juga menjadi identitas dan jati diri masyarakat Bali.
Sehingga, bisa disimpulkan bahwa Tebuk Lesung bukan hanya sekadar tradisi menumbuk padi, tetapi juga mengandung filosofi yang kaya tentang kerja sama, rasa syukur, kesabaran, keharmonisan dengan alam, dan pelestarian budaya.
Tradisi ini menjadi pengingat bagi masyarakat Bali untuk selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki dan menjaga nilai-nilai budaya leluhur mereka. *