Sejarah Nyepi, 24 Jam Sucikan Bhuana Alit dan Bhuana Agung

- 11 Maret 2024, 13:54 WIB
Ilustrasi Masyarakat Bali merayakan Hari Raya Nyepi
Ilustrasi Masyarakat Bali merayakan Hari Raya Nyepi /TikTok

Bali.pikiran-rakyat.com - Hari Raya Nyepi, perayaan Hindu yang sarat akan makna spiritual dan kesucian, memiliki akar yang dalam dalam sejarah tradisi Hindu.

Berawal dari penggunaan Kalender Saka pada tahun 78 Masehi, Hari Raya Nyepi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Hindu di Indonesia. Selama 24 jam masyarakat Hindu Bali melakukan catur tapa brata penyepian.

Atau empat pantangan maupun larangan saat Nyepi. Yakni amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Baca Juga: Pantang Memukul Anjing saat Pelaksanaan Yadnya di Bali, Ini Kisah Awal Sarameya

Baca Juga: Semar Terlahir dari Telur, Sosok Adi Luhung Penjaga Bumi

Tahun ini, Hari Raya Nyepi jatuh pada tanggal 11 Maret 2024. Perayaan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sebagai wujud pemujaan dan penyucian terhadap dewa-dewa dalam samudra yang membawa intisari amerta, air kehidupan.

Hari Raya Nyepi memiliki arti yang mendalam bagi umat Hindu. Ini adalah saat untuk menyucikan Bhuana Alit (manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta) sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kata "Nyepi" berasal dari bahasa Bali yang berarti sepi atau senyap. Perhitungan tanggal Hari Raya Nyepi mengacu pada Kalender Saka yang telah digunakan sejak tahun 78 M.

Baca Juga: Gagal Jadi Presiden, Ganjar Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan Gratifikasi Rp 100 Miliar

Halaman:

Editor: Pratama


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah